Kamis, 31 Maret 2016

Namanya Labu Ukur




 

Saat kisah kehidupan tak begitu menarik untuk kau bicarakan, saat potret diri begitu buram untuk ditampilkan, saat kau harus tergugu dengan beberapa pilhan jalan, saat kau harus berlari kencang mengejar ketertinggalan, saat semua kisah harus menjadi bayang-bayang nyata masa depan. Tapi siapa kau ? Kau yang tak mampu apa-apa, kau yang bukan siapa-siapa, tetap ingin berdiri tegak apapun yang terjadi didepan, menjadi apa adanya dirimu meski kerap kali kau diabaikan. Tapi kau percaya, kau dibutuhkan. Karena itu kau tetap bertahan 😊

Perkenalkan ini adalah salah satu alat yang sering dijumpai di laboratorium kimia. Namanya adalah labu ukur. Labu ukur berfungsi pada saat membuat larutan ataupun mengencerkan larutan. Kalo anak kimia gak asing sama ini alat, karena saat praktikum pasti dipakai. Labu ukur ini ukurannya 5 ml. Bentuknya kecil dan unyu-unyu. Setahu ana, labu ukur 5 ml itu jarang digunakan untuk praktikum biasa, jadi jarang dilirik. Tapi ana suka liatnya, pengen dibawa pulang tapi takut disidang petugas lab, haha.

Minggu, 27 Maret 2016

Dia Adalah Ayahku



Aku tidak tahu, bagaimana memulai tulisan ini. Aku hanya merasa bahwa aku ingin menangis tanpa ku tahu alasannya. Rasanya, perasaanku ingin meluap ke udara, tapi ada seuatu yang membuatnya tertahan. Aku tak mengerti, kesedihan ini dari mana asalnya. Hingga detik ini, tepat beberapa jam ketika aku mulai jauh dari rumah lagi, perasaan ini, kesepian ini, kesedihan ini bagai duri yang tertancap begitu saja dihatiku.Padahal sebelum ini aku biasa saja, tak terlalu ingin pulang dan tidak sedih juga jika tak bisa pulang.Tapi mengapa air itu tiba-tiba jatuh dan tatapanku tiba-tiba sayu.

Aku menyukai ayah, sejak kecil aku selalu menyukainya. Dia laki-laki luar biasa baiknya yang pernah kutemui didunia. ‘I am a princess, cause my father is king’. Aku bisa merasakan kasih sayangnya yang begitu luar biasa, meski perhatiannya tak tercurah langsung. Aku tahu ia begitu mengkhawatirkanku sejak dulu hingga saat ini. Dan hari ini ia mengantarku pulang dari rumah sampai kesini. Laki-laki yang selalu mengantar jemputku, itulah Ayahku. Aku kasihan padanya, perjalanan 1 jam cukup untuk dibilang jauh, tapi ia ingin mengantarku dan aku mengiyakan. Sebenarnya aku lebih suka pulang sendiri, walaupun nyatanya kesepian juga diperjalanan. Aku hanya tak ingin merepotkan, lagipula aku sudah biasa. Mengingat cuaca tadi juga tak terlalu bagus, membuatku merasa bersalah.

Banyak kenangan saat dirumah. Ayah, meski lebih banyak diamnya tapi sering mengajakku bercanda juga. Aku jadi ingat tadi siang sempat masak, mood ku lagi baik jadi aku masak, walaupun cuma tumisan kacang wkwk. Tadi juga ibuku bilang bahwa ayah yang habiskan dan ibu belum sempat makan. Waahh mungkin dia menyukai masakanku, padahal yang ku tahu tadi rasanya sedikit aneh . 

Alasan mengapa aku sedih mungkin ayah salahsatunya, mengingat begitu banyak kebaikannya padaku dan aku tak bisa membalas satupun. 


 Ini ayahku, foto ini diambil setahun yang lalu, hhi. Ayah orang yang sederhana, ia sangat suka ke kebon . Sampai sekarang pun ia sering kali ke kebon, mungkin tempat refreshing bisa dibilang begitu.

Senin, 21 Maret 2016

Hujan Kala Itu ...



Dan aku masih diam sembari menatapmu, betapa tenang ketika kau datang, betapa membahagiakan saat kita harus bersilang jalan. Kala itu ku beranikan untuk tidak lari apapun resikonya, aku hanya ingin melihatmu, merasakan betapa teduhnya setiap tetes yang jatuh menyentuh jemari tanganku. Meski kau tetaplah seperti itu, jatuh berderup bersama kilatan cahaya yang membelah langit, aku tidaklah takut. Meski aku berteriak berkali-kali, suara mu tetap saja seperti itu malah semakin kencang sembari mengguyur tubuhku yang kedinginan. Kau selalu seperti itu, diam meski kerap kali ku nyatakan perasaanku. 

Bersama angin kau berlari semakin kencang, tapi larimu tidaklah jauh. Aku berjalan diantaramu, aku suka karena ketika aku harus berteriak berkali-kali, menangis berkali-kali tak ada seorang pun yang memperhatikannya. Orang-orang banyak menghindarimu, mengurung diri dirumah sembari menikmati lagu. Aku tidak, aku bukan mereka. Seandainya tak harus memikirkan kesehatan, aku pasti selalu keluar tiap kali kau datang. Aku memikirkan kondisi tubuhku, aku gampang flu maka dari itu aku jarang menyapamu. Tapi hari itu ku beranikan diriku, seperti waktu kecil dulu, ekspresi bahagia yang tak terkira ketika bermain-main denganmu, meski ketika pulang kerumah disambut dengan mama yang marah-marah. Aku rindu saat itu, meski keesokan harinya hidungku memerah dan suhu tubuhku diatas rata-rata.
Sekali lagi aku nyatakan perasaanku, meski akhirnya kau tetap seperti itu. Berkali–kali kau acuhkan, pada akhirnya membuatku menyerah juga. Kau pergi tanpa mengucapkan kata pisah. Hujan, kau pergi menyisakan keheningan sore dikala itu.



Catatan Gadis Biasa

Minggu, 20 Maret 2016

Setiap Kata Bermakna



Setiap kata bermakna, hm aku selalu ingat kalimat  ini. Kalimat yang selalu diucapkan oleh salah satu dosenku berulang-ulang. Bagaimana tidak, ketika menjawab pertanyaannya otak harus berpikir lebih ekstra agar kata yang keluar tak salah makna. Bisa jadi ketika kita mengatakan sesuatu pada seseorang dan kata itu menurut kita adalah sesuatu yang  biasa, tapi bagi orang lain belum tentu. Siapa yang tahu jika akhirnya kata-kata itu menjadi boomerang dan membekas dihati seseorang. Dari sebuah kata, ada banyak penafsiran yang bisa ditarik garisnya. Karena itulah bahasa Indonesia. Bahasa di negeri yang ku cinta, bahasa yang sarat akan makna.

Bahasa yang paling aku sukai adalah bahasa Ibuku, alasannya sederhana karena lidah ku tak akan keluh sedikitpun ketika mengucapkannya. Ibu adalah alasan mengapa aku selalu ingin pulang. Meski sikap dinginku masih belum benar-benar cair, setidaknya berada didekat ibu membuat hatiku terasa hangat. Berbicara tentang pulang, aku jadi teringat sudah berapa minggu ya aku tidak pulang. Satu bulan ? Mungkin. Meski hatiku selalu ingin pulang, tapi logika menahanku. Aku yakin, setiap hal pada saatnya nanti pasti akan pulang. Semua hanya masalah waktu.

Kembali lagi dengan setiap kata makna. Satu kata yang paling aku ingat ketika aku mengucapkannya aku serasa merubah dunia. Merubah dunia seseorang mulai dari sikap hingga semuanya. Tak peduli seberapa banyak alasan ku utarakan, tetap saja tak berpengaruh. Ia telah ku rubah dan aku tak bisa mengembalikannya. Kejadian seperti ini membuatku belajar, agar mengucapkan kata yang sebisa mungkin tidak menggores luka. Karena pada nyatanya, satu pernyataan dengan kata yang salah dapat mengacaukan segalanya. Aku tahu itu kisah lama, aku hanya bercerita dan mengambil pelajaran dari padanya.

Bercerita tentang kisah lama memang tak ada habisnya, tak ada salah memang mengenang sesuatu yang lama tapi usahakan itu hanya sekadarnya. Jangan membawa sesuatu lebih jauh hingga membuat sesal karena kisah lama itu. Kisah lama adalah pelajaran, setidak menyenangkan apapun ia tetaplah pelajaran. Karena kita perlu perbaikan untuk melangkah ke masa depan. Masa depan yang menyimpan misteri dan seiringnya waktu pasti akan terpecahkan. Selamat melangkah kedepan :)

Sabtu, 19 Maret 2016

Cahaya Itu ....


Dan cahaya itu menerpa wajahku, meski tanganku menepisnya tapi wajahku sangat menikmati.

Ada banyak perkara yang terjadi, seperti sebuah teori evolusi setiap perkara itu berkembang lebih dan lebih lagi. Ada perkara mudah bahkan ada pula perkara yang sulit untuk dilewati. Begitulah hidup, menyisakan tanda tanya bersama hembusan nafas yang nanti pasti akan berhenti. Karena pada dasarnya didunia ini tak ada kehidupan yang abadi . Suatu saat, entah kapan, entah dimana kita pasti akan kembali menemui Sang Pencipta yang benar-benar abadi.

Pekara yang datang sekian banyaknya menjadikanku terbiasa dan kehidupan mulai menjadi biasa. Aku mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya aku inginkan. Pernah aku berniat mencari cahaya, cahaya yang bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana wujudnya. Tapi yang aku yakini, cahaya itu mampu menyinari sudut gelap yang tak terjangakau oleh panca indera. Ada banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mengejarnya. Aku tak perlu menaiki kendaraan tercepat , aku hanya perlu menikmati setiap perjalananku dengan keyakinan bahwa cahaya itu akan ada dalam hatiku. Awalnya ku kira cahaya itu seperti bunga sakura yang mekar  hanya pada musimnya, tapi aku salah, cahaya itu seperti tanaman kaktus. Meskipun tak banyak yang tahu bahwa ia punya bunga, tapi suatu hari ia pasti berbunga. Suatu saat, orang-orang yang beruntung akan meliha bunganya. Cahaya itu  tak terlihat, tapi ia selalu ada bagi orang-orang yang mepercayainya. 

Wahai hati, jikapun kau lelah mengejar cahaya itu jangan pernah berpikir untuk berhenti. Karena pada dasarnya kefanaan hanyalah ilusi untuk membuat orang-orang lengah dan mengabaikan. Banyak orang yang saling memaki, membenci, hingga membunuh satu sama lain. Jikapun kau punya pegangan, meski cahaya itu tak nampak setidaknya kau akan terhindar dari hal-hal demikian.

Wahai hati, jikapun cinta itu layaknya cahaya yang sulit ditemukan, meskipun berulang kali kau membuat pilihan dan menempatkan dirimu pada jalur yang tak seharusnya, percayalah menunggu dengan sabar akan melindungimu dari perasaan-perasaan yang akhirnya hanya membuat mu kelabakan. Tapi jangan pula kau mengunci dirimu, Itu akan menjadi masalah bagi diriku karena sulit untuk membukanya jika suatu ketika ada hal-hal terdesak.

Wahai hati, berhentiah merasa takut. Karena wujud nyata dari rasa takut adalah ilusi yang kau ciptakan sendiri. Jika saja kau tak membuat ilusi-ilusi itu, rasa takut hayanyalah rasa takut tak akan menyebar hingga mengacaukan pikiranku. Rasa takut akan membuatmu kuat, rasa takut akan membuatmu rendah hati mengakui bahwa ternyata kau juga punya kelemahan. Berhentilah menikmati setiap rasa takut yang ada, lawan rasa takut itu dan buatlah dirimu menjadi kuat.

Dan kala itu cahaya menrpa wajahku, meski tanganku menepisnya karena refleks alami dari tubuhku tapi wajahku cukup menikmati. Merasakan betapa indahnya cahaya mentari pagi yang bersinar hari itu. Cahaya yang ku cari, mungkin cahaya itu adalah diriku sendiri. Cahaya yang mungkin suatu hari akan bersinar menari bersama jutaan bintang. Mungkin.