Terlalu
dalam, terlalu pakam, sebuah kenyataan yang pernah kamu ceritakan. Hingga
sosok bernama rindu itu hadir, muncul
benihnya hingga tersebar kemana-mana. Menyebar bukan berarti banyak, hanya
secuil dan mulai bertunas secara tiba-tiba. Tunas itu tidaklah kuat hingga
sampai tumbuh menjulang, ia hanya berkecambah suatu saat bisa patah atau juga
terbawa derasnya hujan. Lagi pula, sesuatu yang kau sebut rindu itu bukanlah
sesuatu yang special, saking tidak specialnya ia tertelan malam hingga pagi kembali
memuntahkan. Saat sore hujan menerjang, membawa badai debu berterbangan sambil
menghapuskan, menyiram rindu hingga kehabisan. Rasanya baru kemarin, masih
seumur jagung, hingga kenyataan itu benar-benar patah. Saat mantra-mantra itu
habis, atau saat benih yang baru disemai terbawa air hujan. Saat itu, menunggu
adalah berita bohong seperti banyak terpapar di social media.
Oh
hati yang sedang rindu, entah sajak apa yang harus kupersembahkan untukmu.
Atau kata apa yang menggambarkan dirimu.
Merindu tidak harus cinta, tidak harus punya perasaan, tidak harus
dispesialkan. Rindu hanya sebatas rindu, sebatas keinginan untuk bertemu. Hanya
itu.
Reni
Ayt