Selasa, 22 November 2016

~

Pandanganmu tentang cinta mungkin agak berlebihan, menyebut-nyebut luka yang tersirat makna, mengungkit-ungkit kenangan lama. Padahal cinta saja tak punya, rasanya saja sudah lama hingga kau kembali seperti semula. Hingga saat semua kembali terkenang. Kau tahu ketika harus mulai jatuh cinta semuanya tak akan sama, bahkan menatap nasi pun rasanya agak sedikit berebeda. Terlihat lezat ketika sedang senang, atau terlihat biasa saja saat sedang susah. Hal-hal kecil yang seharusnya diabaikan mulai muncul sebegai sebuah keresahan. Rindukan? Tidak juga

Bukan mudah mendamba bahagia ketika tak mau mulai melangkah. Hanya saja kekosongan terlalu menguasa hingga tak ada jarak yang menyela, hanya saja kestabilan kini hilang arah hingga tersebar kemana mana. 
Ah cinta, ketika ditafsirkan berlebihan ujungnya hanya merepotkan.  

Sabtu, 29 Oktober 2016

SPAM



Pernah aku bertanya mengapa aku dulu semangat sekali untuk berjalan menjauh, melupakan beberapa hal yang terus menggangguku, meninggalkan kepingan hati yang tak mau pergi bersamaku. Padahal sebenarnya yang kulakukan tak jauh dari kata menunggu, menyelami setiap perasaan dari beberapa pengakuan, menenggelamkan kenyataan dan memutuskan harapan, bersimpangan jalan tapi tak membuat pilihan.

Pada nyatanya kenyataan tetaplah kenyataan, meski ku bersikap seolah ingin membagi beban, meski ku bersikap seperti tak memupuk harapan, meski ku bersikap seperti tak kehilangan. Rapuh, lusuh, tak pernah bergerak maju. Pupus dari semangat yang kini semakin jauh. Entah apa yang kupikirkan, menunggu semua tenang agar fokusku tak terganggu, memilih diam sambil memenuhi tugasku. Tapi yang kurasa semua membosankan, tak ada yang menarik untuk dilirik, tak ada yang membuat semangatku kembali naik. Inilah masalahku yang tak pernah selesai dengan waktu, terulang dan terulang lagi hal yang sebenarnya ingin ku buang jauh. Tapi tetap saja, melupakan dan mengingat kini sama kabasnya, andai saja semudah menekal tombol restart ulang di game, andai saja semudah membalikkan telapak tangan.

Aku selalu suka hujan, tapi kurasa hujan kali ini berbeda. Ia datang tak seperti biasanya hingga aku terlalu gelisah. Takut-takut salah aku biasa saja menanggapinya, hinga akhirnya ia pergi dan aku mematung sendiri.
Dan akhirnya aku hanyalah menjadi sesuatu yang terlupakan

Jumat, 30 September 2016

Berjuanglah ^^



Kita adalah pelari, pelari yang berlari dengan jalurnya sendiri, pelari yang tidak menyalip jalur pesaingnya, pelari yang tidak berpindah mengambil tempat sebelahnya, teruslah berlari dengan segenap hati yang ingin dibawa berlari, teruslah berlari dengan segenap jiwa yang menghindari luka, teruslah berlari meski dengan perasaan yang tak tahu harus dibawa kemana, teruslah berlari karena akan ada hal yang menantimu diluar sana. Berlari untuk mengejar sesuatu, berlari saat melakukan susuatu.

Hal yang paling sulit dari melakukan sesuatu adalah memulainya. Memulai sesuatu berarti melakukan hal baru yang belum pernah dilakukan sebeumnya,mencoba sesuatu yang belum terlalu dipahami maknanya. Hal baru kadanglah tidak sederhana, terlalu rumit, terlalu sulit, hingga menjadi sekelumit. Memulai sesuatu tidaklah mudah, kadang payah, kadang patah, kadang belum apa-apa sudah ingin menyerah, tapi disitulah letak tantangannya, bagaimana memikirkan cara agar bisa bertahan diposisi awal dengan apa yang sebenarnya ingin diperjuangkan. Meski sedikit, meski sedirit, perjuangan teatplah perjungan, jangan berpikir itu akan sia-sia.

Ketika bertemu hal baru kita mulai dari awal. Tidak mudah memulai sesuatu dari nol, tapi selamanya nol tidak akan bergerak kesatu jika kita tidak mencoba. Meski hanya bergerak satu angka, setidaknya itu lebih baik dari nol yang tidak ada nilainya. Percayalah angka itu akan terus bertambah seiring dengan usaha yang terus dilakukan saat mencbanya. From zero to hero, theres nothing impossible, anything can happen as can as you believe.

Minggu, 25 September 2016

Kepada Para Pencari


Image result for sendiri tumblr
Mencari, pencari. Apakah kita seorang pencari? Apa yang sedang kita cari? Mengapa kita mencari?

Kita adalah seorang pencari, pencari banyak hal demi memenuhi kepuasan diri. Kita mencari sesuatu yang membuat kita berhenti mencari. Kita mencari karena tak semua hal bisa datang sendiri, perlu usaha untuk menemukan berbagai hal yang kita inginkan.

Mencari bukan sebuah keharusan, meski terkadang diam begitu menyesakkan. Bagi mereka yang sedang mencari, menemukan bukanlah suatu yang mudah tuk didapati meski telah mencoba berulang kali. Menemukan tempat itu tidaklah mudah. Kadangkala, sudah cocok dengan kondisi dan lokasi tapi tak cocok harga. Atau sebaliknya, cocok harga tapi kondisi dan lokasi tak seperti yang dikira. Bagi mereka yang sedang mencari, hati bukanlah sesuatu yang mudah saja dimainkan karena nyatanya mereka terlalu sulit memaksakan. Bertemu banyak hal bukan lantas membuat mereka jatuh hati, tapi malah membuat berpikir berulang kali. Bagi mereka yang sedang mencari, adakala suatu saat harus berhenti, bukan karena telah menemukan tapi lelah mempertahankan harapan. Kenyataan tak mengharuskan bertahan, meski berulang kali dipatahkan.

Mencari bukan sebuah kemudahan, melihat sekitar memandang dengan kegelisahan, terpaut dalam asa yang tak menyenangkan. Terkadang secercah harapan hilang begitu saja, terbawa angin melayang keangkasa. Lepas landas melawan gravitasi menuju ruang hampa. Meski sulit, tidak seharusnya menyerah. Ada satu keadaan dimana terkadang keadaan berjalan dengan biasa, percayalah ada sosok yang sedang menunggumu disana. Teruslah mencari, bergerak maju membawa hati. Suatu hari, disuatu tempat diujung sana, kau pasti akan menemukan kebahagiaanmu sendiri.

Minggu, 18 September 2016

Sesuatu Yang Bernama Perasaan



Perasaan. Makhluk seperti apa perasaan itu? Apakah ia berwujud atau abstrak saja. Kalau hanya abstrak, tapi kenapa ia selalu disebut, dibicarakan banyak orang, mengikuti banyak pernyataan. Ah, perasaan selalu popular, baik dikalangan remaja ataupun orang dewasa. Mereka tak henti-hentinya membahas sesuatu yang bernama perasaan.

“ Kau tahu nak, perasaan itu tidaklah sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang dilangit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja ia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan. Meski secuil, walau setitik hitam ditengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan dikejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.” Tere Liye

Itu kata Bang Tere Liye tentang perasaan. Perasaan adalah sesuatu yang tersimpan dalam hati manusia, Sesuatu yang abstrak, tak bisa disentuh tetapi hadir membersamai hati. Perasaan tidaklah sederhana, terlalu rumit untuk dideskripsikan dengan kata, terlalu naïf untuk ditampilkan didepan mata. Hanya saja terkadang manusia berlebihan, memaknai perasaan berlebihan, bertingkah dengan perasaan berlebihan. Coba saja tidak memupuk harapan, berharap pada manusia itu menyakitkan. Akhirnya kalaps, patah hati, merana, kecewa, lalu update status di social media. Menyalahkan orang lain padahal yang salah dirinya sendiri.

“Kita tidak perlu menjadi pengendali air, api, atau udara macam avatar, cukup menjadi pengendali hati, pengendali perasaan.” Ini juga kata bang Tere Liye. Mengendalikan perasaan bukan sesuatu yang mudah, kita tak pernah bisa memaksakan sesuatu pada hati. Tak bisa menerka-nerka apa maunya hati, hanya membiarkannya mengalir seperti air yang tak bertemu muara. Hanya saja, membatasi pikiran, mengurangi harapan mungkin bisa dilakukan dengan itu perasaan bisa sedikit dikendalikan.

Kamis, 15 September 2016

Seumpama


Seumpama bunga, kita adalah bunga-bunga baru yang sedang belajar merekah, karena baru belajar tanpa sadar tiba-tiba patah, lengah, dan akhirnya menyerah. Rapuh, terlalu takut mencoba. Alasannya percuma. Percuma menjelasan logika, saat mata tertutup untuk menanggapinya. Percuma membawa bahan, saat pikiran mengolah saja enggan.


Seumpama hujan, kita adalah gerimis yang enggan. Menerka-nerka apakah harus mempercepat kelajuan atau tetap turun secara perlahan. Tak teguh pendirian, bingung dengan keadaan. Bersama tapi tidak membuat kemajuan. Melangkah tapi tak beriringan.


Maaf, mungkin aku hanyalah perindu yang tak jemu-jemu menanti hadirmu. Bertanya lagi dan lagi kapan akhirnya kita bertemu.

Kamis, 08 September 2016

Bukan Tentang Apa,

Bukan tentang apa, bukan tentang mengapa. Bagimu mungkin menyenangkan untuk tertawa, tapi bagiku semua biasa saja. Biasa bukan berarti aku menyukainya, karena rasa suka tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata. Biasa saja bukan berarti aku membencinya, kadang kala rasa benci terlalu unjuk diri hingga aku harus menjauhinya.


Bukan tentang cinta, tentang dia, atau tentang siapa. Hanya tentang aku dan kau yang tak mau bicara. Bicara memang tidak mudah, meski diam menyesakkan dada. Kau tahu, kadangkala aku begitu frustasi mendengar sesuatu yang sama sekali tak ku mengerti. Menumpahkan perasaan pada ujung jari dituts-tuts keyboard pada notebook putih. Kau tahu, meski aku mencoba berkali-kali tetap saja mimpi hanyalah mimpi, apa mungkin terlalu tinggi atau aku yang tidak benar-benar menyelami.
Kau yang diam, aku yang banyak bicara. Hai hati, tidak ku mengerti apa mau mu selama ini, banyak hal yang aku jalani tapi kau tak pernah merasa puas diri. Masih saja bingung, masih saja linglung. Bertanya-tanya apa yang ingin dilakukan, menerka-nerkan keadaan. Coba, coba saja kita singkron, senada, seirama, berjalan bersama pasti jadinya tak akan sedemikian rumitnya.
Ku mohon, beri aku kata kunci yang jelas. Apa yang bisa membuat tenang, membuat senang.

Selasa, 06 September 2016

Ada Banyak Hal Yang Terjadi



Ada banyak hal yang terjadi, tersimpan rapi sebagai sebuah memori. Ternyata sudah lama tak bersua, berbalut keegoisan yang kian menjelma, mengikis kiat usaha yang tak disertai do’a. Who I am I ? Judul film Jackie Chan ? Mungkin. Siapalah saya ini, hanya satu dari sekian banyak orang yang suka sekali menanti, suka sekali meninggi, suka sekali lupa diri. Bukan suka sekali, tapi memang sudah terbawa kebiasaan sehari-hari.

Ada banyak hal yang terjadi, melingkup indah dengan segenap pencitraan, memberi warna pada titik hitam kehidupan. Setiap yang datang pasti akan pergi, kapanpun, dimanapun kita pasti akan mengalami yang namanya meninggalkan atau ditinggalkan. Melupakan, dilupakan, meninggalkan, ditinggalkan. Hak untuk pergi, hak untuk tinggal semua sudah diatur dalam kebebasan yang dimiliki masing-masing individu. Kapan harus kembali, kapan harus pergi lagi, semua sudah tersusun rapi sebagai dampak dari kejadian sehari-hari. Bukan tidak mungkin, sesuatu yang pernah dekat sekali jaraknya kini menjauh sejauh-jauhnya. Bukan tidak mungkin, sesuatu yang pernah berjalan mengiringi kini mulai beranjak pergi. Bukan tidak mungkin :)

Ada banyak hal yang terjadi, tertutup kemunafikan yang terus unjuk diri, mengaku tidak suka padahal menyakiti diri sendiri. Kita tidak pernah tahu yang terjadi didepan, kadangkala tanpa disadari banyak terjadi kebetulan. Kebetulan yang kadangkala bisa menjatuhkan. Kapan saja kita bisa jatuh, jatuh pada sesuatu yang sebenarnya begitu jauh, meringkuk kesepian menikmati gemuruh.
Ada banyak hal yang terjadi. Dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Dua puluh tahun banyak hal terjadi, terekam indah sebagai sebuah memori. Dua puluh tahun, entah apa yang harus diperbaiki, kadangkala kebingungan lebih banyak daripada yang ingin dilakukan. Assalamualaikum dua puluh :) 

Kamis, 04 Agustus 2016

Hilang



Ada yang hilang, kepingan terakhir dari puzzle yang ku coba susun ulang. Ada yang hilang, bagian penting dari memori yang sebelumnya kuputar ulang. Ada yang hilang, serpihan dari hati yang terbang melayang.

Ada yang hilang, iya ada yang hilang.

Hilang. Hilang berarti tidak ada, pergi entah kemana, atau tidak ditemukan dimana-mana. Banyak hal dalam hidup yang akan hilang keberadaannya jika dibiarkan begitu saja. Seperti debu jalanan, berterbangan atau habis disapu hujan. Hilang menyisakan sesuatu, sesuatu yang amat sulit dipahami meski dijelaskan berkali-kali, sesuatu yang abstrak meski dipetakan berulang kali. Hilang menyisakan sebuah tanda taya tanpa makna, tanda tanya akan terbawa kemana nantinya, tanda tanya akan seperti apa nantinya. Hilang menelusup kedalam jiwa, membuat pemberontakkan kecil pada perasaan yang kian sirna, menembus dasar hati hingga sampai diujung muara.

Sampai hari esok, hingga sesuatu yang benar-benar kamu banggakan hilang nyaris tak bersisa, saat arah dan tujuan entah kemana, saat passion yang semula kamu banggakan perlahan-lahan sirna, terkikis habis oleh berbagai hal tak terduga. Dimana kehidupan yang nyaman ? Dimana kehidupan impian? Dimana?. Hanya ada hati yang rapuh entah kenapa terus saja mengeluh. Hanya ada pikiran dangkal yang jalannya terus saja buntu. Disaat itu semua, disaat tekanan jiwa naik intensitasnya, disaat kerapuhan mulai mengikis jiwa, hanya sebuah do’a yang kupanjatkan pada sang pencipta.
3 bulan yang sia-sia. Hilang begitu saja tanpa sisa, membiarkan hari esok menunggu tanpa jeda.