Sabtu, 29 Oktober 2016

SPAM



Pernah aku bertanya mengapa aku dulu semangat sekali untuk berjalan menjauh, melupakan beberapa hal yang terus menggangguku, meninggalkan kepingan hati yang tak mau pergi bersamaku. Padahal sebenarnya yang kulakukan tak jauh dari kata menunggu, menyelami setiap perasaan dari beberapa pengakuan, menenggelamkan kenyataan dan memutuskan harapan, bersimpangan jalan tapi tak membuat pilihan.

Pada nyatanya kenyataan tetaplah kenyataan, meski ku bersikap seolah ingin membagi beban, meski ku bersikap seperti tak memupuk harapan, meski ku bersikap seperti tak kehilangan. Rapuh, lusuh, tak pernah bergerak maju. Pupus dari semangat yang kini semakin jauh. Entah apa yang kupikirkan, menunggu semua tenang agar fokusku tak terganggu, memilih diam sambil memenuhi tugasku. Tapi yang kurasa semua membosankan, tak ada yang menarik untuk dilirik, tak ada yang membuat semangatku kembali naik. Inilah masalahku yang tak pernah selesai dengan waktu, terulang dan terulang lagi hal yang sebenarnya ingin ku buang jauh. Tapi tetap saja, melupakan dan mengingat kini sama kabasnya, andai saja semudah menekal tombol restart ulang di game, andai saja semudah membalikkan telapak tangan.

Aku selalu suka hujan, tapi kurasa hujan kali ini berbeda. Ia datang tak seperti biasanya hingga aku terlalu gelisah. Takut-takut salah aku biasa saja menanggapinya, hinga akhirnya ia pergi dan aku mematung sendiri.
Dan akhirnya aku hanyalah menjadi sesuatu yang terlupakan