Selamat pagi, selamat
siang, selamat sore selamat malam, kapanpun kau membaca anggap saja aku seperti
sedang menyapa. Sudah lama aku tak mengisi blog, lebih dari sepuluh hari
mungkin. Mengapa aku melakukannya ? Aku hanya sedang bingung beberapa hari
belakangan, memutuskan menulis, membuka laptop, membuka word mengetik beberapa
kalimat lantas laptop kututup lagi, terus terjadi seperti itu ketika aku hendak
mencoba menulis sebuah cerita fiksi. Ada ide, buka laptop lagi, selang lima
menit aku bingung harus memulainya dari mana. Baiklah cukup basa-basinya.
Ketika
senja beranjak. Aku mulai gelisah melihat langit yang tak lagi ceria. Bukan tentang
mengapa ia harus pergi, tapi mengapa aku masih menunggunya disini seakan ia
akan cepat kembali. Ketika senja
beranjak, aku sibuk merangkai ribuan kata untuk ku jadikan kalimat tepat salam
perpisahan dengannya, tapi nyatanya aku terlambat saat malam menelannya
lamat-lamat. Ketika senja beranjak. Aku mulai kesepian menatap kepergiannya
dengan penuh kebodohan. Betapa bodohnya aku membiarkannya pergi begitu saja.
Betapa bodohnya aku tak sempat mengucap sepatah kata. Betapa bodohnya aku
hingga matahari hampir tenggelam aku masih sibuk menatapnya.
Senja,
kau yang hadir sesaat menyisakan banyak pertanyaan menggantung dipikiranku.
Mengapa harus sebentar diantara waktu satu hari yang dua puluh empat jam?.
Mengapa hanya hadir ketika matahari perlahan-lahan mulai tenggelam ?. Mengapa
tak kau biarkan aku yang bodoh ini tetap menatapmu sepuas yang ku mau?.
Tahukah
kau senja, aku dan segala hiruk pikuk dunia ini punya cerita. Aku hanya ingin
berbagi cerita seandainya kau memiliki waktu lebih lama. Tapi sayangnya,
waktumu hanya sebentar dan ketika aku ingin mulai pembicaraan aku hanya diam
terpaku menatap betapa agungnya yang telah menciptakanmu. Senja, yang ku tahu
beberapa hari ini kau tidak hadir, digantikan hujan yang pada akhirnya
membuatku ketakutan. Kilas cahaya yang membelah langit selalu tak mengenakkan.
Senja, aku suka hujan, tapi tidak dengan kilat dan petir yang memekikkan.
Senja,
aku selalu mengagumi mu. Aku adalah seorang pengagum yang tak pernah menujukkan
identitasnya. Betapa bodohnya aku ini, bukan ? Aku harap pertemuan-pertemuan
selanjutnya aku tak lagi merasa kesepian. Aku lebih bisa mengontrol perasaan.
Hanya memandangimu itu sudah lebih dari cukup. Terimakasih senja, telah hadir
mempercantik langit di kala sore.
Penikmat
senja