Kamis, 15 September 2016

Seumpama


Seumpama bunga, kita adalah bunga-bunga baru yang sedang belajar merekah, karena baru belajar tanpa sadar tiba-tiba patah, lengah, dan akhirnya menyerah. Rapuh, terlalu takut mencoba. Alasannya percuma. Percuma menjelasan logika, saat mata tertutup untuk menanggapinya. Percuma membawa bahan, saat pikiran mengolah saja enggan.


Seumpama hujan, kita adalah gerimis yang enggan. Menerka-nerka apakah harus mempercepat kelajuan atau tetap turun secara perlahan. Tak teguh pendirian, bingung dengan keadaan. Bersama tapi tidak membuat kemajuan. Melangkah tapi tak beriringan.


Maaf, mungkin aku hanyalah perindu yang tak jemu-jemu menanti hadirmu. Bertanya lagi dan lagi kapan akhirnya kita bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar