Dengan
sebuah duka yang selalu menyelimuti hati manusia, bersama pengharapan yang tak
ada ujungnya, melangkahi kebebasan tapi tidak pada tempatnya. Mereka adalah yang
sering orang-orang bicarakan, tampak begitu kuat diluar tapi ternyata
benar-benar rapuh didalam. Diluar mereka tampak berbisik, padahal hatinya
meronta mengaharap belas kasih dari orang-orang disekitarnya. Beban bukanlah
sebuah masalah, seperti permen karet yang perlahan pasti akan hilang rasanya.
Dengan sedikit asa mereka bergerak, berharap tangan-tangan dermawan memberi uluran
dengan sedia. Tapi yang mereka dapati hanyalah harapan-harapan tak berujung
yang tak tahu kapan akan tersegera, janji-janji membantu yang entah kapan
mungkin menunggu hati itu tak lagi beku.
Pahit memang, tapi kehidupan memang tak semanis kelihatannya, melangkah
dengan jejak yang tak tampak, melangkah dengan kaki yang sulit menapak,
melangkah dengan kenyataan yang sulit ditebak.
Lihatlah
sekali lagi, mereka yang sekalipun tak dipihak. Ketika kau mulai menyangka
bahwa sayapmu sulit untuk terkepak, ketika langit begitu jauh untuk kau jajah,ketika
ketinggian yang kau impikan belum juga mendekat jaraknya. Kau menyedihkan,
seolah dunia sudah benar-benar tamat, seolah tak ada yang lain untuk disalahkan
selain dirimu sendiri,seolah waktu terhenti dan nyatanya kau harus pergi. Lihat
mereka, mengharap ketinggian pun tidak. Setiap waktu hanya memikirkan bagaimana
untuk tetap hidup pada hari itu, berharap mendapat banyak makanan sehingga
lapar tak lama menunggu, sederhana tanpa berharap ketinggian datang segera.
Ketika
kau mulai diatas, kau lupa segalanya. Kau lupa bahwa dibawahmu membutuhkan
ringannya tanganmu. Kau terbang, tapi langit masih sungguh jauh, kau hanya
menjelajah tanpa benar-benar membawa hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar