Selasa, 12 Januari 2016

Entahla, bagiku juga mungkin seperti itu


Mereka bilang kecewa itu menguatkan, entahlah bagiku juga mungkin seperti itu. Ada sesuatu yang sesak dihati yang tak bisa aku luapkan dan tak bisa pula aku lupakan. Hal yang begitu sakit jika harus dikenang lagi, hal yang hanya bisa membuatku tersenyum kaku dengan mulut terkatup rapat. Banyak hal yang terjadi dalam hidup, bak sebuah roda yang terus berputar tanpa mau berhenti. Ketika harus berhentipun mungkin hanya sebentar, istirahat lantas lanjut berputar lagi. Mengapa kehidupan begitu sulit ? Mengapa banyak hal yang membuat sesak? Mengapa perlu berjuang lebih keras ?. Ada begitu banyak pertanyaan yang menjadikan semuanya bertambah rumit. Ah hidup, kau mengajarkan banyak hal yang harus aku bawa sebagai bekal, kau membuat banyak pilihan yang bila tak hati-hati akan jatuh ketempat yang membuat sesal.

            Mereka bilang air mata itu ekspresi kesedihan, entahla mungkin bagiku juga seperti itu. Saat aku harus mengais, mengorek, dan mencari sisa-sisa yang tidak diinginkan. Saat aku harus diam tergugu disebuah jalan tempat orang berlalu lalang. Sadness, aku tahu seberapa besarpun keinginanku untuk tetap ceria, pasti adakala suatu saat kesedihan itu datang mendera. Ia datang tanpa terduga, membuat pikiranku menjadi beku, dan air mataku berkeingan jatuh. Tak apa menangis, mereka bilang seperti itu. Menangislah jika itu bisa mengurangi luka hatimu, menangislah jika itu bisa meluapkan emosimu, menangislah karena menangis adalah respon alami dari tubuhmu. Ketika sakit, ketika kecewa, ketika sendirian, ketika terluka,  tak apa menangis saja. 

            Mereka bilang waktu adalah obat, obat dari segala kesedihan dan kekecewaan. Obat yang perlahan-lahan menghapus kesedihan dan kekecewaan. Entahla, bagiku juga mungkin seperti itu. Aku berharap waktu selalu berbaik hati, aku berbaharap waktu selalu cocok denganku, aku berharap waktu bisa menjadi obat untuk kesedihan dan kekecewaanku. Waktu tak pernah berhenti, ketika aku berhentipun ia masih tetap berjalan tak peduli apakah aku masih sanggup untuk terus berjalan. Ia tak pernah mau tahu, tak pernah pergi mencari tahu, dan tidak mau tahu. Tapi disitulah letak obatnya, ia terus berjalan menghapus semua ketidaktahuannya, tak mau menunggu aku yang kelelahan karena jika ingin semua kesedihan dan kekecewaan itu terhapus aku memang harus terus menatap kedepan. Waktu, jadilah obat bagiku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar