Mereka bilang kecewa itu
menguatkan, entahlah bagiku juga mungkin seperti itu. Ada sesuatu yang sesak
dihati yang tak bisa aku luapkan dan tak bisa pula aku lupakan. Hal yang begitu
sakit jika harus dikenang lagi, hal yang hanya bisa membuatku tersenyum kaku
dengan mulut terkatup rapat. Banyak hal yang terjadi dalam hidup, bak sebuah
roda yang terus berputar tanpa mau berhenti. Ketika harus berhentipun mungkin
hanya sebentar, istirahat lantas lanjut berputar lagi. Mengapa kehidupan begitu
sulit ? Mengapa banyak hal yang membuat sesak? Mengapa perlu berjuang lebih
keras ?. Ada begitu banyak pertanyaan yang menjadikan semuanya bertambah rumit.
Ah hidup, kau mengajarkan banyak hal yang harus aku bawa sebagai bekal, kau
membuat banyak pilihan yang bila tak hati-hati akan jatuh ketempat yang membuat
sesal.
Mereka bilang air mata itu ekspresi
kesedihan, entahla mungkin bagiku juga seperti itu. Saat aku harus mengais,
mengorek, dan mencari sisa-sisa yang tidak diinginkan. Saat aku harus diam
tergugu disebuah jalan tempat orang berlalu lalang. Sadness, aku tahu seberapa
besarpun keinginanku untuk tetap ceria, pasti adakala suatu saat kesedihan itu datang
mendera. Ia datang tanpa terduga, membuat pikiranku menjadi beku, dan air
mataku berkeingan jatuh. Tak apa menangis, mereka bilang seperti itu.
Menangislah jika itu bisa mengurangi luka hatimu, menangislah jika itu bisa
meluapkan emosimu, menangislah karena menangis adalah respon alami dari tubuhmu.
Ketika sakit, ketika kecewa, ketika sendirian, ketika terluka, tak apa menangis saja.
Mereka bilang waktu adalah obat,
obat dari segala kesedihan dan kekecewaan. Obat yang perlahan-lahan menghapus
kesedihan dan kekecewaan. Entahla, bagiku juga mungkin seperti itu. Aku
berharap waktu selalu berbaik hati, aku berbaharap waktu selalu cocok denganku,
aku berharap waktu bisa menjadi obat untuk kesedihan dan kekecewaanku. Waktu
tak pernah berhenti, ketika aku berhentipun ia masih tetap berjalan tak peduli
apakah aku masih sanggup untuk terus berjalan. Ia tak pernah mau tahu, tak
pernah pergi mencari tahu, dan tidak mau tahu. Tapi disitulah letak obatnya, ia
terus berjalan menghapus semua ketidaktahuannya, tak mau menunggu aku yang
kelelahan karena jika ingin semua kesedihan dan kekecewaan itu terhapus aku
memang harus terus menatap kedepan. Waktu, jadilah obat bagiku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar