Maafkan aku mengotori bukumu dengan
coretan tak bermakna yang mungkin butuh
waktu untuk menghapusnya
Maaf mungkin bagimu aku memberi
harapan lalu mematahkan
Maaf karena ketidaktahuan ku
sehingga menjadikan semuanya berantakan
Maaf aku tak pernah bersedia
membalas meski itu hanya secuil perasaan
Maaf untuk kesalahan yang tak
sengaja telah aku lakukan
Maafkan aku, diriku, semua
tentangku, dan kebodohanku
Maafkan aku karena perasaan tak
sesederhana itu
Masihka kita berteman?
Atau masih pantaskah aku menyebutmu
temanku?
Orang-orang berkata bahwa memberi maaf
adalah perbuatan mulia, tak peduli seberapa besar kesalahan yang telah orang
lain lakukan. Maaf adalah sebuah permohonan untuk kesalahan yang mungkin tak
sengaja atau sengaja telah dilakukan. Tak peduli permintaan maaf itu diterima
atau tidak, kita harus mengucapkannya karena sadar bahwa telah berbuat salah.
Kata maaf haruslah diucapkan dengan tulus, dari lubuk hati yang paling dalam
agar orang yang diminta bergetar hatinya dan bersedia memaafkan.
Manusia adalah makhluk yang tidak
sempurna, karena itu kita tak pernah luput dari salah. Tapi kesalahan-kesalahan
itu kadang hanya dinikmati tanpa mau untuk diperbaiki. Entah itu kesalahan yang
sepele atau lewat batas kewajaran, kita tak pernah mau untuk menyalahkan diri
sendiri. “Biarlah orang, biar saja ia
nilai diriku ini seperti apa toh aku hidup bukan untuknya, biar saja apa kata
orang yang penting aku bahagia dengan ini semua.” Kalimat-kalimat seperti
itulah yang seringkali keluar ketika kita dikomentari atas sesuatu yang dianggap
orang lain sebagai kesalahan. Manusia, sibuk mencari kesalahan orang lain tapi
tak pernah sadar akan kesalahan dirinya sendiri yang mungkin jauh lebih besar.
Kadang, ada banyak hal yang tak sengaja
kita lakukan dan tanpa sadar menyakiti perasaan orang lain. Entah bagaimana
menghapus kesalahan-kesalahan itu, kalau saja kesalahan itu menetap dihati kita
sendiri mungkin dengan penghapus biasa kita tak akan menemui kesulitan untuk
menghapusnya. Hati orang siapa yang tahu ? Rambut memang sama hitam, tapi kita
tak pernah bisa untuk menyelam lebih dalam. Karena sejatinya menyelam tidaklah sederhana,
kita tak pernah mau untuk melewati arus yang mungkin akan menyeret lebih jauh. Itulah
sebabnya kita hanya diam dan mungkin mengamati sesekali.
Semua bisa diperbaiki dengan kata maaf,
entah itu membutuhkan waktu yang lama atau tidak tapi semuanya memang butuh
proses. Entah setelah proses bisa kembali kesemula atau tidak, yang penting
kita sudah mencoba. Mengembalikan sesuatu memang tak semudah membalikkan
telapak tangan, menghapus sesuatu memang tidak mudah pasti masih ada bekas yang
tertinggal meskipun hanya secuil noda. Lagi-lagi semua butuh proses, dan proses
sudah tentu melibatkan waktu. Biar waktu yang menjawab semuanya, biar waktu
yang menjadi obatnya, karena waktu yang akan menjawab semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar